Tuesday, August 19, 2014

. . . . “S E J A R A H” . . . . “Indonesia-Belanda dalam Retrospektif Bagaimana Perspektifnya . . . . . . . . ? ?

Kolom IBRAHIM ISA
Selasa Malam, 19 Agustus 2014
----------------------------------------

. . . . “S E J A R A H” . . . .
Indonesia-Belanda dalam Retrospektif
Bagaimana Perspektifnya . . . . . . . . ? ?

Lusa, 21 Agustus, 2014, akan ada kegiatan menarik dan penting, di Jakarta. -- “Pameran Arsip Budi Utomo”. Diselenggarakan oleh kerjasama Arsip Nasional Indonesia, Arsip Nasional Belanda, Erasmus Huis dan Majalah Historia. Bentuk kerjasama di bidang sejarah antar kedua fihak, Indonesia – Belanda, patut didorong. Agar dari suatu kegiatan yang sifatnya “kadang-kadang” (sporadis) , menjadi suatu kegiatan reguler kerjasama jangka panjang.

Undangan untuk Pameran tsb sudah disebarluaskan oleh BonnieTriyana, Pemimpin Majalah Historia.

Mengenai masalah penting, seperti a.l mengenai kapan persisnya Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai suatu negara – mengenai masalah penting ini, antara (fihak resmi) Belanda dan kita, masih berbeda. Ini menunjukkan bahwa masih ada masaalah besar yang belum “selesai” antara (fihak resmi) Belanda dan Indonesia.

Kiranya mengenai masalah tsb, akan bisa dicapai pemahaman dan pengertian, yang sama, sebagai hasil dari usaha suatu program studi bersama oleh para sejaraw, pakar dll dari kedua negeri.

* * *

Tidak sedikit sejarawan dan penulis Belanda yang telah membuat catatan sejarah, bahkan, menulis hubungn Indonesia – Belanda dalam perspektif sejarahnya. Seperti Prof Dr Wertheim, Dr Bob Hering, J. Pluvier, Dr Harry Poeze, Dr Herman Burgers, Jan Breman, Henk Schulte
Nordhold; Nico S.Nordhold, Gerry van Klinken dan banyak lainnya.

Seorang diantara mereka itu, sejarawan Belanda, Dr Herman Burgers, kita soroti sedikit. Mengenai bukunya itu, dua tahun y.l, (10 Juni 2012) -- kubuat tulisan a.l di bawah ini:

* * *

BERITA-GEMBIRA DARI HERMAN BURGERS
Tadi malam kubaca di e-mailku BERITA GEMBIRA dari kenalanku sejarawan Belanda, Dr HERMAN BURGERS.*

Herman Burgers menyampaikan bahwa atas usaha keras a.l. Dr Tol, wakil KITLVdi Jakarta dan sebuah penerbit Jakarta, direncanakan terbit edisi Indonesiabuku "De Garoeda en de Ooievaar, -- Indonesië van Kolonie tot Nationale Staat"; bahasa Indonesianya, "Sang Garoeda dan Sang Bangau, -- Indonesia dari Jajahan sampai ke Negara Nasional". Mudah-mudahan sudah bisa keluar
dari percetakan dalam bulan Agustus 2013.

Akan terbitnya edisi Indonesia dari buku Herman Burgers itu adalah suatu perkembangan menarik dan penting sehubungan dengan usaha bersama kita untuk mengenal sejarah bangsa sendiri. *Sehubungan dengan ini patutlah kita berterima kasih pada penulisnya, Herman Burgers, KITLV dan sebuah penerbitdi Jakarta.

Tak jelas sampai dimana usah para sejarawan kita menulis buku sejarah Indonesia yang agak menyeluruh atau yang difokuskan pada masa bangkitnya gerakan kemerdekaan nasional, yang bisa dinilai sebagai suatu penulisan sejarah yang tidak rekayasa seperti yang dilakukan oleh sementara
"sejarawan" Orba. Kita mengenal nama-nama sejarawan/sarjana muda seperti Muridan Widjojo, Asvi Adam, Bambang Purwanto, Gonggong, BonnieTriyana, dan Batara Hutagalung untuk menyebut satu dua dari beliau-beliau itu. Sebegitu jauh belum muncul dari mereka hasil studi sejarah yangmenyeluruh sebagaimana halnya hasil karya sejarawan Belanda, Herman Burgers.


Dari sini menjadi lebih nyata bahwa di Belanda terdapat cendekiawan-cendekiawan Belanda yang punya perhatian besar terhadap masalah sejarah Indonesia, seperti Harry Poeze (penulis buku sejarah Tan Malaka, yang sudah mulai terbit edisi Indonesianya; Jan Breman, Henk Schulte
Nordhold; Nico S.Nordhold, Gerry van Klinken dll. Kita akan selalu ingat pada nama W.F. Wertheim (Pak Wim) yang telah menulis buku klasik dan standar INDONESIAN SOCIETY IN TRASITION, sudah ada edisi Indonesianya); serta buku J. Pluvier, Sejarah Gerakan Kemerdekaan Indonesia (sayang masih belum ada edisi Indonesianya; walaupun pernah ada usaha menterjemahkan dan mengedarkannya di kalangan terbatas) .


Betapapun mereka-mereka ini akan terus memberikan sumbangsihnya bagi usaha lebih lanjut saling mengenal dan saling memahami di antara kedua bangsa, Indonesia dan Belanda, yang punya sejarah yang panjang. Suatu usaha yang akan lebih mendekatkan hubungan baik, wajar dan setara antara kedua bangsa dan negeri.
DAN DUNGUNYA penguasa yang berwewenang dari Wereld Omroep Radio Nederland, yang bulan ini MENYETOP siaran seksi Indonesia (Ranesi) dari Radio Nederland Wereld Omroep>.


* * *

Pada tanggal 13 Mei, 2011, telah kutulis sebuah kolom SEKITAR BUKU HERMAN
BURGERS -- "DE GAROEDA EN DE OOIEVAAR"
Baik>. Isinya a.l sbb:, bahwa KITLV Leiden belum lama (24/11/2010) menerbitkan buku yang menarik perhatian, yaitu,

"De Garoeda en de Ooievaar"
Sahabatku jurnalis Belanda (kawakan) Hans Beynon, menganggap buku sejarah Indonesia yang ditulis oleh sejarawan Herman Burgers, sebagai salah satu penelitian terpenting mengenai hubungan Indonesia-Belanda. Tulisanku ini bukanlah sebuah resensi atas buku H. Burgers. Sekadar kesan. Untuk menggugah. Menarik perhatian pembaca mengenai buku sejarah Indonesia yang
ditulis oleh seorang sejarawan Belanda.

* * *

Bulan April 2011, yang lalu, sebelum memiliki sendiri buku itu, akuberuntung bisa meminjam dari Openbare Bibliotheek Bijlmer, buku 'bagus' tsb : "INDONESIË Van Kolonie Tot NATIONALE STAAT". Judul besar buku sejarah ini "DE GAROEDA En De OOIEVAAR".

Tebalnya lumayan - 807 halaman. Di toko harganya paling tidak Euro 49,90.

* * *

Baik dijelaskan sedikit mengapa penulis Herman Burgers mengambil 'Garoeda' untuk melambangkan Indonesia. Dan mengambil 'bangau', sebagai lambang Nederland. Mengenai ´Garuda´ sebagai lambang Indonesia, tak perlu penjelasan. Anggap saja semua warga Indonesia yang peduli tanah air, bangsa dan sejarahnya, sudah mengetahuinya.

Tulis H. Burgers: -- Bagi Nederland bangau itu adalah burung terbesar. Sejak zaman dulu bangau itu punya peranan mistik dalam mitologi Belanda. Ratusan tahun lamanya burung bangau menjadi lambang kota Den Haag. Bangau bukan simbol Nederland. Tapi simbol Den Haag. Sedangkan untuk melambangkan kekuasaan Nederland, biasa orang menyebutnya pemerintah Den Haag. Jadi Nederland dianggp identik dengan Den Haag dan sebaliknya. Ini sederhananya saja.

J. Herman Burgers (75th) sejak semula mengikuti dengan penuh perhatian konflik antara Belanda dan Indonesia, terutama yang menyangkut tahun-tahun 1948-1950. Ketika itu Burgers anggota KL (Koninklijke Leger) -- (dinas wajib militer) dan berada di Indonesia. Burgers kemudian bekerja
di Kementerian Luar Negeri Belanda. Jadi tergolong 'orang dalam'.

* * *

Membaca buku ini menyegarkan. Karena ditulis dengan jelas dan baik. Fakta-faktanya cukup. Literatur yang digunakan juga cukupan. Namun yang khusus patut dihargai ialah SIKAP DAN PENDIRIAN penulisnya. Boleh dikatakan bertolak belakang dengan pandangan dan sikap banyak penulis Belanda lainnya mengenai Indonesia.

Satu contoh: Tulis H. Burgers dalam Kata Pengantarnya, a.l: -- Oleh karena pergerakan nasional Indonesia, berjuang melawan kekuasaan Belanda, maka, orang baru bisa memahaminya dengan baik, bila mengetahui bagaimana terjadinya penguasaan tsb. Suatu cara berfikir Burgers yang logis dan wajar!

* * *

Juga menarik ialah analisis Burgers, bahwa berdirinya negara Indonesia bukan saja berkat gerakan kemerdekaan nasional, -- tetapi juga karena adanya faktor dan peranan kekuasaan Belanda, yang dilawan oleh gerakan kemerdekaan Indonesia. Dari pandangan ini Burgers memasuki masalahnya.
Pertama-tama dengan menelaah perkembangan pokok kebijakan Hindia-Belanda terhadap Indonesia. Kemudian melanjutkannya dengan gerakan kemerdekaan nasional, menyerahnya Hindia-Belanda dan pendudukan Jepang (1942-1945).

Penting pula analisis Burgers, bahwa periode pendudukan Balatentera Jepang di Indonesia, (punya peranan) melapangkan jalan bagi kemerdekaan Indonesia serta diprokalamasikannya Republik Indonesia, 17 Agustus 1945. Burgers tampak kritis terhadap sikap Belanda yang hendak terus menguasai Irian Barat. Tulis Burgers: Konflik Belanda-Indonesia berakhir dengan Persetujuan KMB. Namun, menyisakan masalah Irian Barat. Belanda terus saja menduduki Irian Barat. Analisis Burgers mengenai faktor pendudukan Jepang di Indonesia yang dikatakannya punya peranan 'melapangkan jalan' bagi kemerdekaan Indonesia, pernah juga ku-utarakan dalam salah satu
seminar. Tidak banyak yang bersedia menerimanya.

Sikap Belanda, yang menolak menyerahkan Irian Barat, mengakibatkan 13 tahun lamanya Belanda bersengketa dengan Indonesia mengenai masalah tsb. Sampai Indonesia akhirnya memutuskan samasekali hubungan dengan Belanda. Demikian Burgers.

Penuturan mengenai sengketa Indonesia-Belanda mengenai Irian Barat, mengambil tempat hampir separuh dari buku Burgers.


* * *


Menulis tentang berbagai periode dalam sejarah hubungan kedua negeri, Burgers menunjukkan bahwa antara pelbagai periode itu terdapat saling hubungan yang erat sekali. Kesinambungan tahap-tahap perkembangan tsbtercermin pada kehidupan SOEKARNO, HATTA, dan banyak/tokoh dramatis/ lainnya, seperti Soewardi Soerjaningrat, Agoes Salim, Sam Ratulangi, Jonkman dan Van Mook.

* * *

Penting untuk menjadi pengetahuan kita semua, khususnya para pemeduli sejarah di Indonesia, apa yang dikemukakan oleh Herman Burgers dalam bukunya, a.l sbb:

Sehubungan dengan terjadinya penguasaan Nederland (atas Indonesia), --Bagi kebanyakan orang Belanda dari periode sebelum Perang Dunia II, halitu sederhana sekali. Mereka menganggap bahwa seluruh "Hindia" sejakabad ke-XVII sudah ada di bawah kekuasaan Nederland. Anggapan keliru
demikian itu juga masih terdapat pada banyak kaum nasionalis Indonesia. Mereka bicara tentang 'tiga ratus tahun', bahkan 'tigaratus limapuluh tahun' penindasan Belanda terhadap Indonesia.

Sesungguhnya, perluasaan kekuasaan Nederland atas Indonesia, terjadi selangkah demi selangkah, berangsur-angsur. Itu terjadi dalam jangka waktu 350 tahun itu.

* * *

Herman Burgers mengungkapkan bahwa penguasaan Belanda atas Indonesia, -- kongkritnya dilakukan oleh VOC, berlangsung selangkah demi selangkah. Pada tahap permulaan VOC harus berhadapan lebih-dulu dengan Portugis, Spanyol dan Inggris. Karena tiga negeri itu, sudah lebih dulu usahanya mencaplok sumber rempah-rempah di Asia. Belanda terpaksa lebih-dulu
mengalahkan saingan-saingannya. Mereka berkali-kali terlibat dalam peperangan sampai Belanda akhirnya berhasil mengusir Portugis, Spanyol dan Inggris. VOC mulai menjadikan sebagian kecil terlebih dahulu dariIndonesia, yaitu kepulauan Maluku dan sekitarnya, -- yang merupakan
penghasil utama rempah-rempah ketika itu, menjadi jajahannya langsung.


Herman Burgers juga mengungkapkan betapa luarbiasa kejamnya VOC, di bawah Gubernur VOC Jan Pieterszoon Coen (1587-1629). Ketika menaklukkan perlawanan rakyat Maluku, Banda,Ternaté,Tidoré dan sekitarnya. VOC menggunakan serdadu-serdadu sewaanlangsung dari Eropah, lalu ditambah dengan serdadu sewaan setempat. Selain itu, Belanda, khusus mendatangkan
'pendekar-pendekar maut' dari Jepang, untuk menteror dan membantai rakyat Maluku, Banda, Ternate, Tidore dst.

Sejak digulingkannya Presiden Sukarno, sering disebut telah terjadinya 'genocide' terhadap rakyat di Indonesia (sehubungan dengan Peristiwa Pembanrtaian Masal 1965 oleh tentara di bawah Jendral Suharto). -- Tetapi sesungguhnya, apa yang dilakukan oleh Gubernur Jendral VOC Jan
Pieterszoon Coen, terhadap rakyat Maluku dan Banda dalam abad ke-XVII itu, ---- adalah GENOCIDE PERTAMA yang terjadi di Indonesia.


Dalam proses memaksakan monopoli perdagangan rempah-rempah, serta penguasaan wilayah, VOC, disatu fihak, melarang penanaman rempah-rempah di tempar lain yang tak bisa sepenuhnya dia kuasai. Di lain fihak dengan sewenang-wenang membakar tanaman rempah-rempah di tempat-tempat lainnya, dan akhirnya membantai rakyat setempat. Peristiwa-peristiwa tsb, seperti a.l pengiriman ekspedisi militer, dalam sejarah penjajahan Belanda atas Indonesia dikenal a.l. sebagai 'Hongi tochten' di kepulauan Maluku, Banda dan sekitarnya.


* * *

Studi sejarah Indonesia, seperti yang dilakukan oleh sejarawan Herman Burgers, banyak mengungkap hal-hal yang rinci dalam hubungan Indonesia-Belanda. Ini perlu jadi pengetahuan pemeduli sejarah Indonesia, lebih-lebih para historikus, politisi dan generasi muda
Indonesia umumnya.


Tanggapan atas buku Herman Burgers diatas, --- adalah secuplik saja dari apa yang bisa dikemukakan mengenai karyanya itu. Sementara sampai di sini dulu. Lain kali masih bisa ditanggapi bagian-bagian lainnya dari buku Herman Burgers.

* * *

Buku Herman Burgers tsb ditulis dalam bahasa Belanda.

Mudah-mudahan sudah terkandung niat pada KITLV, Leiden, dengan fihak manapun partnernya di Indonesia, untuk menerbitkan *EDISI INDONESIA, buku "DE GAROEDA EN DE OOIEVAAR", "INDONESIË Van Kolonie Tot NATIONALE STAAT".


Ketika diundang ke LIPI tahun lalu ( Agustus 2011) untuk bicara, dimana Asvi Adam adalah tuan rumahnya aku tandaskan bahwa:

". . . . . . di Belanda juga terdapat tidak sedikit orang dan cendiakawan muda, penulis maupun sejarawan yang bisa dengan obyektif menilai kejahatan kolonialisme Belanda di masa lampau terhadap Indonesia. Salah seorang dari sejarawan itu adalah Herman Burgers, yang tahun lalu menulis buku sejarah hubungan Indonesia-Belanda, berjudul 'DE GARUDA EN DE OOIEVAAR'. Diterbitkan oleh KITLV, tahun 2010. Buku sejarah ini menurutku cuku obyektif dan berani dalam mengungkap kejahatan kolonialisme, serta kekerasan kepala politik Belanda mengenai masalah
Irian Barat. Sehingga hubungan Indonesia-Belanda berlarut-larut memburuk terus oleh karenanya.


" . . . . . di Belanda juga terdapat tidak sedikit orang dan cendiakawan muda, penulis maupun sejarawan yang bisa dengan obyektif menilai kejahatan kolonialisme Belanda di masa lampau terhadap Indonesia. Salah seorang dari sejarawan itu adalah *Herman Burgers*, yang tahun lalu
menulis buku sejarah hubungan Indonesia-Belanda, berjudul *'DE GARUDA EN DE OOIEVAAR'.* Diterbitkan oleh KITLV, tahun 2010. Buku sejarah ini menurutku cuku obyektif dan berani dalam mengungkap kejahatan kolonialisme, serta kekerasan kepala politik Belanda mengenai masalah Irian Barat. Sehingga hubungan Indonesia-Belanda berlarut-larut memburuk
terus oleh karenanya.

Juga kuceriterakan, bahwa di Belanda ada sebuah buku yang ditulis oleh 9 orang sejarawan dan penulis berjudul "DE GRROOTSTE NEDERLANDER", Orang Belanda terbesar. Diantara orang Belanda terbesar mereka masukkan nama Ir Sukarno. Yang telah berjuang sejak muda untuk kemerdekaan bangsanya. Aku bilang kepada teman-teman LIPI: Tidak pernah kubaca tulisan orang
Belanda yang demikian baiknya tentang Ir Sukarno.


Seperti dijelaskan oleh Herman Burgers dalam surat e-mailnya yang kuterima tadi malam itu, bahwa edisi Indonesia dari bukunya itu didasarkan atas buku yang ditulisnya dalam bahasa Belanda. Isinya sebagian terdiri dari terjemahan bukunya yg dalam bahasa Belanda, yaitu teks mengenai sejarah Bab VI s/d VIII. Menyangkut masa konflik Belanda dan Republik Indonesia sejak 1945 s/d Desember 1949.

Intinya ditambah dengan prolog dan epilog, Prolognya terutama membehandel sekitar gerakan kemerdekaan pada dasarwarsa pertama abad ke-XX . Sedangkan epilognya terdiri dari bab mengenai perbedaan tentang Irian Barat, yang akhirnya berkembang ke pemutusan tuntas hubungan
antara Nederland dan Republik Indonesia.

Seluruh buku akan menjadi kira-kira 400 halaman, Dicetak sebanyak 2000 eks. Itu berarti empat kali lipat edisi aslinya.

Tidak ada sikap lain, kecuali KITA MENYAMBUT HANGAT edisi Indonesia BUKU SEJARAH INDONESIA "DE OOIEVAAR EN DE GAROEDA" yang ditulis oleh sarjana Belanda Herman Burgers.*

* * *

No comments: